Cerita Kecil Saat Ramadhan
Marhaban
ya Ramadhan. Kita harus banyak-banyak bersukur masih bisa menjumpai bulan Ramadhan di tahun ini dalam keadaan sehat dan masih di berikan Iman dan Islam,
sehingga kita masih bisa menjalankan amalan-amalan di bulan Ramadhan, terimakasih
ya Allah. Tulisan ini sepesial edisi Ramadhan, yang semalam rasanya ingin
ku tumpahkan isi kepala untuk membuat coretan-coretan, berhubung sudah larut
malem ya di tunda dulu nulisnya, takut karipan alias kesiangan dan nggak bisa
bangun makan sahur hu hu.
Maklum
di tahun ini masih sama seperti Ramadhan tahun-tahun lalu, belum ada yang
bangunin secara sepesial hehe. Paling-paling yang bangunin alaram HP wkwk,
itupun kalau pas bisa bangun Alhamdulilah, beberapa hari lalu malahan bangun
kesiangan saat kaget bangun dan liat jam. Oh… My good ternyata sudah jam 5, itu
tandanya nggak bisa lagi makan sahur + Sholat subuhnya kesiangan. Heeem mungkin
karena malemnya terlalu banyak begadang ho ho, semoga hari-hari Ramadan berikutnya bisa
bangun pagi untuk makan sahur, Amin.
Ada
hal yang membuat hati ini terenyuh kala Ramadhan tiba, entah sudah berapa kali
ku rasakan sampai-sampai lupa dan terabaikan. sesekali ingin rasanya merasakan suasana Ramadan seperti
di kala itu, suasana berkumpul ramai
dengan keluarga dan teman-teman, meskipun sederhana tapi hati ini rasa
sueneng ngak terlalu nelangsa.
Maklum
kini suadah di perantauan jauh dari kampung halaman pastinya sedikit sekali
bertemu dengan orang-orang tersayang seperti orang tua, suadara dll. Sebenarnya
tahun ini berencana mudik sih, tapi berhubung masih ada hal yang belum bisa di tinggal,
jadi mudiknya di tunda dulu, harap bersabar semua itu ujian (kata pak SBY 😀).
Bagi
seorang perantau seperti saya ini, bila mau mudik harus banyak pertimbangan, maklum
saja harga tiket pesawat semakin mahal, bila nggak di perhitungkan
secara matang etar jadinya awur-awuran alias mawut. Makanya kalau mau mudik harus mencari waktu-waktu yang liburnya panjang, seperti tempo hari Pas momen
Natal dan Tahun baru, momen itu biasanya libur sekolah di Papua panjang, bisa
sampai satu bulanan, makanya saya gunakan untuk mudik, biar nggak sia-sia beli
tiket mahal. Agar lebih puas bertemu dengan keluarga, mungkin ini yang di namakan prinsip
Ekonomi hulu-hulu pelit.
Mungkin
cukup ya basa-basinya langsung masuk pada pembahasan tulisan ini, biar dapet
feelnya ya hehe. Berhubung Ramadhan tahun ini belum bisa mudik, untuk mengobati
kekangenan ber-ramadhan di kampung, kita mengingat-ingat saja kejadian masa
lalu saat Ramadhan di kampung. Hal-hal yang apa yang membuat kangen saat ber-ramadhan
di kampung?. Mari silahkan di simak ya Sobat.
Patrol
alias Oprak
Entah
istilah ini datangnya dari mana tapi semenjak saya kecil istilah “Patrol atau
oprak”, sudah sangat melekat untuk sebuah kegiatan di bulan Ramadhan yaitu membangunkan
orang Sahur. Dengan mengunakan alat perkusi unik yang nggak di jual di pasaran 😂,
diantaranya Kentongan, panci, ember, botol, jerigen, kaleng dan beberapa
tetabuhan bekas lain yang di padu-padankan menjadi alunan musik yang merdu dan
cukup memengkak-kan telinga yang membuat orang terbangun untuk makan sahur.
Patrol
berangotakan sekitar 8 sampai 10 orang, biasanya di mulai pukul 01.00 sampai
03.00 dini hari. Bertujuan untuk
membangunkan ibu-ibu agar mulai masak mempersiapkan hidangan makan sahur
untuk keluarganya. Saat Ramadhan biasanya
bertepatan dengan musim buah mangga, teringat waktu itu saat patrol berlangsung sambil kita petik mangga tetangga di makan rame-rame 😅 dosa kok bangga. Ya Allah maafkan kelakuan nakal masalalu
kami. Kalau kebetulan yang punya mangga galak kita dapat marah heeem, ya
cukuplah untuk di kenang bahwa masa kecil kita pernah nakal, itu yang sekarang bila
teringat jadi senyum-senyum sendiri 😀.
Jalan
Pagi Sehabis Sholat Subuh
Kegiatan
ini seakan menjadi kewajiban untuk di lakukan ketika Ramadhan, karena keseruan,
biasanya dilakukan sehabis Sholat Subuh jalan-jalan di pinggir desa dengan membawa
petasan. Untuk sekedar jalan, saling lempar petasan dan bercanda dengan teman, itu sudah membuat kita
cukup bahagia. Ternyata untuk bahagia itu sederhana ya. Sesekali sambil
memperhatikan teman lawan jenis hehe 😂 sekedar cuci mata, tapi saat itu masih
kecil, belum ada rasa yang berlebihan jadi aman terkendali wkwk.
Yang nggak bisa saya lupakan sampai sekarang, waktu momen jalan pagi biasanya di
iringi dengan tahan kencing yang amat sangat 😓, mungkin pengaruh saat makan
sahur minumnya kebanyakan kali ya? Entahlah bila hal itu terjadi biasanya cari
tempat yang sepi untuk melepaskan hajat, biar terasa lega dan jalan paginya bisa berlenggang gembira.
Beli
Baju Baru
Seakan
kurang afdol bila di ahir-ahir Ramadhan belum punya baju baru, karena punya
baju baru merupakan kebanggaan tersendiri kala itu hehe. Ini yang kadang
melatar belakangi kita nangis dan ngambek lama di ahir Ramadhan, bila emak
belum belikan baju baru. Hemmm kasian ya kalau mikirnya sekarang, pas udah
gede gini. Dulu dengan keterbatasan ekonomi emak masih kita bebani dengan hal-hal yang menurut saya kurang terlalu penting, ya mau gimana lagi namanya anak
kecil, moga emak sehat terus ya Allah, Amin.
Baca Juga: Jejak Profesor Cilik
Pesan khusus: Dulu bila minta belikan baju atau celana ke emak saat Bulan Ramadhan, mintanya yang banyak
kantongnya, itu bukan hanya saya lo, tapi banyak teman yang saya perhatikan juga
gitu. Fungsinya bila Idul Fitri tiba saat khalal bihalal (kluputan) kantung-kantung itu di fungsikan untuk tempat mengisi jajan, misalnya: Permen, biskuit, kacang, marning dll. Biar lebih puas kalau makan 😂 hehe, ternyata kita dulu pernah ngluntang alias nakal heeem. Ya Allah maafkan kekhilafan masa kecil kami.
TAMAT
4 comments for "Cerita Kecil Saat Ramadhan"
Jika ada yang Ingin Anda Tanyakan Terkait Artikel di atas Silahkan Bertanya Melalui Kolom Komentar Berikut ini, dengan Ketentuan :
1. Berkomentarlah dengan Sopan (No Spam, Sara dan Rasis).
2. Komentar di Moderasi. Bila berkomentar nggak sesuai dengan kebijakan Blogger maka nggak di terbitkan!.
3. Centang kotak Notify Me / Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi komentar.
4. Happy Blogging 🙂.
Wah ketiganya saya jg pernah ngalamin dan ngerasain juga mas... Apalg pas jalan subuh sehabis saur.. Ingetvsy jaman sd dulu bisa jalan kaki berkilo" sekedar kumpul bareng temen" gak kenal cape.. Padahal lg puasa.. Yah namanya bocah 😁
ReplyDeleteTernyata kebiasaan ramadhan di setiap daerah hampir sama ye Mbak hoho 😁 Trims ya sudah berkunjung.
Deletesetiap ramadan pasti punya cerita tersendiri yg selalu dirindukan
ReplyDeleteItu sudah Ibu Tira patut untuk di kenang hehe
Delete