Jalan-Jalan Sambil Mencari Bibit Magrove Untuk Kelestarian Alam Mimika

Magrove
Menikmati kelapa Hutan (geratis 😀)
ARDINTORO |dot| COM - Dalam rangka penghijauan pesisir di Kabupaten Mimika. Maka yayasan YAPEDA (Yayasan Peduli AIDS) yang bergerak di bidang kelestarian lingkungan mengadakan program penanaman mangrove (Sobat mangrove dalam bahasa kamoro dan asmat adalah mangi-mangi) sebanyak 10.000 pohon, yang di lakukan beberapa waktu lalu. Saya beserta rombongan mencari bibit mangrove menyusuri pulau-pulau dan pesisir Kabupaten Mimika.
 
Hemmm ini merupakan pengalaman pertama saya naik perahu kecil, dengan ombak yg lumayan besar. Agak takut memang, di tambah hujan yang sangat deras di perjalanan membuat hati ini deg-dekan, huuuft (dalam hati berdoa: Tuhan selamatkan hambamu ini, semoga nggak terjadi apa-apa, saya masih bujang Tuhan, belom ngerasain surga dunia 😀) tapi semua itu bukan halangan yang berarti buat kami, karena saya dan rombongan ingin melakukan sesuatu untuk daerah ini, yaitu penanaman mangrove untuk pencegahan abrasi pantai di Kabupaten Mimika.
Magrove
Di atas Perahu (nggak bisa gitar kok pegang gitar 😂)
Ahirnya kami sampai di tujuan pertama yaitu pulau Muara pantai beserta tim pencari bibit mangrove dan mendengarkan briefing dari penyelenggara, kalau nggak salah denger begini “Bapak, ibu dan saudara terimakasih telah meluangkan waktu untuk hadir di sini, saya mohon sebentar kita mencari bibit mangrove sebanyak-banyaknya, target 10.000 bibit pada hari ini, semua yang kita liat kita ambil, kecuali botol dan plastik 😅”. Nah looo, gimana mas penyelenggara ini memangnya botol sama plastik bisa di tanam. Hehe tepok jidat 😂.

Setelah 3 jam pencarian, kakiku terasa pedis agak berdarah akibat menginjak batang pohon di pantai huuft rasanya sakit. Karena itu saya beserta teman nyantai di perahu sambil coba hitung, ternyata baru terkumpul sekitar 1.500 bibit, ahaiii masih kurang banyak belum sampai target, sementara kampung tengah (perut) sudah ndang-duttt-an nggak karuan, karena memang sudah pukul 12.00 belum makan siang, terpaksa kita hentikan sementara pencarian dan istirahat sejenak untuk makan siang. 

Alhamdullilah perut sudah kenyang, saatnya tancap gas untuk mencari bibit mangrove lagi. Tapi ternyata teman-teman rombongan malah maunya pindah ke pulau lain, yang pantainya luas katanya (dalah hati, apa??? kalau di pantai kan nggak terlalu banyak mangrove, yang banyak itu di area muara!, tapi yowes lha itung-itung refreshing 😏) setibanya di pantai, saya dan rombongan di sambut oleh keceriaan anak-anak nelayan (Suku Kamoro dan Asmat) yang sedang bermain. (kesempatan ini nggak saya sia-siakan 😂, langsung saja saya gunakan utuk berfoto dengan mereka) Penampakan di siang itu wkwk.
Magrove
Berfoto dengan Bucil Papua
Berfoto sudah, lari-lari di pantai sudah. Saatnya melanjutkan pencarian bibit mangrove lagi di sepanjang muara sungai, karena bibit yang kita dapat baru setengah dari target, maka kita harus kerja lebih keras agar dapat bibit mangrove banyak. Tapi badan ini sudah terasa loyo dan capek, huuuft (coba ada cewek yang mau mijitin pasti enak 😂 Kwkekwke). Waktu itu saya bersama bapak-bapak kalau di lihat dari prawakan sepertinya bapak Kamoro. Saya mengeluh pada bapak ini :
  • Saya: Pak …! Badan saya ini sudah terasa loyo dan capak, enaknya jamu apa ya? Biar capeknya hilang?
  • Bapak: Ooo anak, kalau kebiasaan kami orang Papua, khususnya Suku Kamoro dan Asmat kalau badan rasa capek di hutan itu, kita biasa cari Tambelo untuk di makan (Sobat tambelo itu sejenis ulat kecil yang warnanya putih kadang coklat yang ada dalam pohon mangrove atau pohon mangi-mangi yang sudah lapuk dan tenggelam di air).
  • Saya: Tambelo itu rasanya bagaimana pak?
  • Bapak: Yaaa kenyal agak amis sedikit, agar ada kasiatnya tambelo harus di makan mentah.
  • Saya: Selain kasiatnya untuk pegal-pegal, tambelo itu utuk apa lagi Pak??? (teringat pepatah mengatakan  malu bertanya sesat di kamar 😅).
  • Bapak: Yang Bapak tau, selain untuk pegal-pegal, tambelo juga bisa untuk obat kejantanan pria! (Nah lo!)
  • Saya: What??? Maksudnya Pak??? (masih nggak mudeng).
  • Bapak: Ituuu agar kita bisa kuat untuk berhubungan badan (wik wik) dengan isteri. Di jamin anu kayu terus dan pasangan puas.
  • Saya: Hahahahahaha 😂, tertawa kecil (dalam hati: Heeem! Pak ane nie lo masih bujang kalau kepingin bagaimana 😂? apa yang ane lakukan). Uwis nggak usah di bahas lagi 😅.

Ahirnya saya tergoda juga utuk mencicipi makanan khas Papua ini yaitu tambelo. Memang kalau di rasakan agak gimana gitu??? Rasanya asin sedikit amis, kalau kita telan seperti agar-agar. Sedikit mau muntah saya karena nggak terbiasa, tapi demi menghormati beliau saya telan tambelo mentah-mentah. Kasian dong si bapak sudah capek-capek belah kayu carikan saya tambelo, masak nggak di makan. Ternyata benar setelah makan tambelo, capek di badan hilang (entah tambelo memang berhasiat atau cuma sugesti saya).
Magrove
Penampakan Tambelo
Jam sudah menunjukkan pukul 03.00 sore lewat, saatnya makan sore dan apsen ke semua rombongan di setai tanda tangan. Di sela-sela istirahat penyelenggara melakukan briefing sore, mas penyelenggara bilang: "Bapak, ibu dan saudara terimakasih telah menemani kami mencari bibit mangrove, mohon maaf mungkin bapak dan ibu sudah capek, sebentar ada honor sedikit (hore bisa beli mobil), tapi bukan di hitung dari banyaknya bibit mangrove yang terkumpul, tapi yaaa sekedar rasa terimakasih kami telah mau mencari bibit mangrove, dan ikut melestarikan hutan mangrove di Kabupaten Mimika ini".
Magrove
Nyelfi di ahir 😜 (muka gosong kepanasan 😂)
Saat pulang  pun tiba. Heeem badan rasanya cepek, lemes bau lumpur, lengkap sudah penderitaan ini 😑, tapi saya seneng bisa berbuat sesuatu untuk Kabupaten Mimika ini. Selain itu yaaa itung-itung liburan lah, biar nggak stres di rumah terus. (Ket: Foto sebagai pemanis). 

TAMAT

9 comments for "Jalan-Jalan Sambil Mencari Bibit Magrove Untuk Kelestarian Alam Mimika"

  1. sampe rumah badan masih loyo juga mas? wahh berarti ga ngefek dong setelah makan tambelo, wahahah *kaburr

    ReplyDelete
    Replies
    1. hio e Sob baru nyadar ane :) kwkwk

      Kyaknya tambelo ngefeknya sebentar hehe☆

      Delete
  2. Duuuh .... kok serem amat ya lihat tambelo? Ga ketelen aku mah wkwkwkwkwk :) Penanaman bibit mangrove ini dari sedikit lama2 10.000 bibit lalu nanti bertambah lagi dan lagi sehingga bisa mencapai target demi penghijauan alam. Salut sama warga dan mas yang mau ikutan kegiatan postitif semacam ini demi lingkungan kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tambelo terlihat menjijikkan tapi berprotein tinggi lo mbak, tapi klo punya alergi jngan coba2, tar garuk2 :)

      Demi Bumi kita yg lebih baik hehe :)

      Delete
  3. Kirain tadi disuruh makan ulat sagu, ternyata beda ya. Baru tahu soal tambelo ini. Btw, seram juga membayangkan menelan makhluk imut itu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kyak telan agar-agar tapi agak amis, silahkan di coba hehe

      Delete
  4. aku sih bakalan auto kabur kalau lihat tambelo dan kalau tau suamiku makan tambelo hahaha ga kuat aku tuh nahan kayu tegak semalaman hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. bagus to mbak kalau si anu tegak semalaman hehe biar jreng :)

      Delete
  5. duh mau juga dong kelapanya, segerrrr :D

    ReplyDelete

Jika ada yang Ingin Anda Tanyakan Terkait Artikel di atas Silahkan Bertanya Melalui Kolom Komentar Berikut ini, dengan Ketentuan :

1. Berkomentarlah dengan Sopan (No Spam, Sara dan Rasis).
2. Komentar di Moderasi. Bila berkomentar nggak sesuai dengan kebijakan Blogger maka nggak di terbitkan!
3. Centang kotak Notify Me / Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi komentar.
4. Happy Blogging 🙂.